Rabu, 29 Mei 2013

Ku rindukan hari itu



Ada apa dengan Indonesiaku
mengapa kamu seperti itu lagi....

dari dulu juga kita selalu berbeda
tapi kamu selalu tersenyum bila aku merayakan Natal

dari dulu juga kita selalu berbeda
aku mengucapkan selamat Hari Raya buat kamu
dan kamu selalu menyambut tanganku

mengapa sekarang kamu selalu berselisih
bahkan membunuh sesama saudara

beda agama itu hal biasa
beda pendapat itu lumrah saja

mengapa hati kalian berubah menjadi batu
tak ada lagi kerukunan beragama dihati kalian

Bumi Pertiwi pun akan menangis
bila melihat kalian seperti itu

mengapa manusia menjadi setan
dan setanpun memakai jubah manusia



semoga kita lekas sadar
kita bukan lagi setan
tapi manusia yang mempunya nurani
dan dapat hidup berdampingan
walau berbeda agama
walau berbeda pendapat

May God bless us
Semoga Allah selalu merestui kita
Sabbe Satta Bhavantu Sukitata


Hidup bertetangga adalah indah bila kita menguntainya dengan sebuah senyum kerukunan.  Hidup serumah saja selalu akan ada perbedaan pendapat, bahkan suami istripun selalu juga bisa selalu berbeda, tapi kita juga selalu mencari titik temu, yang mempertemukan perbedaan itu, hingga memperindah perbedaan dengan sebuah kebahagiaan dalam kedamaian bersama.

Ayahku alm, adalah seorang muslim, ibunya juga, tapi dalam perjalanan waktu, beberapa anak anaknya tertarik untuk memiliki agama yang lain. Beliau memang tidak langsung mengijinkannya, karena itu bukan sesuatu yang mudah untuk diputuskan. Beliau sampai  harus merenung seorang diri ber hari - hari, dan akhirnya menemukan sebuah jawaban yang indah di dengar dari  sebuah hati yang penuh ketulusan. Kita ijinkan untuk memeluk agama lain, karena sebuah agama adalah pilihan hidup setiap manusia, setiap insan secara pribadi, maka sebagai seorang bapak ijin itu adalah mutlak juga untuk dapat memberikan, bila anak - anaknya memilih yang lain. Itu adalah sebuah renungan ayahku, mungkin bagi kalian itu adalah sebuah kesalahan. Tapi buat kami  sekeluarga itu adalah sebuah keputusan indah yang menggambarkan sebuah kerukunan beragama yang datang dari hati yang tulus iklas.

Jadi dalam perjalanan hidup kami, dalam satu keluarga adanya perbedaan beragama adalah sesuatu yang indah, bukan sesuatu yang mengganggu, bahkan boleh membawa dosa, membawa kesengsaraan. Seperti yang pernah temanku mengatakan pada saya, bahwa adalah dosa, bila kita membiarkan anak mengganti agamanya yang semula telah dianut. Saya punya pendapat sendiri, dan pendapat saya tidak saya cari dimanapun, hanya di hati nuraniku yang paling dalam, bahwa itu bukanlah dosa. Agama adalah hak setiap insani, hak setiap manusia, kebetulan memang anaku terlahir dalam keluargaku, muslim, tapi bila dalam perjalanan waktu dia menginginkan yang lain, dan dia melihat dia cocok dengan yang lain, aku tidak bisa mencabut hak asasi dia sebagai mahluk hidup walau dia itu anak saya sekalipun.

Tapi memang lain kepala lain pikiran, lain hati lain ketulusan, lain iman lain jalannya. Kita tidak bisa merubah orang lain, dan kita tidak mau dirubah oleh orang lain sekalipun mereka orang orang terdekat kita. Dalam perjalanan waktu, saya hanya bisa menekankan pada anak - anakku , bila kamu meyakinkan suatu agama apapun, jalankan dengan baik, tulus dan benar, tapi jangan menjadi fanatik, merasa dirinya paling baik, merasa dirinya paling benar, itu pikiran dan iman yang membahayakan, karena menggangap yang lain adalah buruk, salah dan tidak mengakui adanya agama lain dalam arti positif.

Saya selalu tekankan pada anak - anak untuk selalu  teloransi dengan sesama teman dan saudara yang beragama lain, tidak menyinggung kebiasan yang pasti berbeda. Nasihat saya tidak hanya dalam kata - kata tapi saya coba wujudkan dalam sebuah perbuatan.

Sepanjang perjalanan waktu, walau kita berusaha memberi contoh yang baik, kadang anak - anak saja susah mengikuti contoh - contoh yang baik itu. Kita hanya bisa mengingatkan dan berdoa, jangalah pernah memakai kekerasan untuk memaksa anak melakukan sebuah kebaikan sekalipun. Misalnya sembahyang. Aku tidak pernah mau memaksa anak, bila mereka lalai sembhayang, tapi hanya selalu mengingatkan dan memberi contoh dengan baik. Karena buat saya sebuah kekerasan walau untuk sebuah kebaikan sekalipun, itu tidak akan membawa sebuah kebaikan dalam arti sebenarnya.

Sekarang saya melihat kerukunan beragama dalam negeri kita sedang diuji, sedang menyedihkan, tapi saya tidak akan menyalahkan siapa - siapa, karena yang salah adalah diri kita sendiri bila kita juga suka melakukan kekerasan walau itu untuk sebuah kebaikan sekalipun. Bila kita semua dalam keluarga memberi contoh kerukunan beragama, hal itu tidak akan terjadi. Bila kita hanya selalu mengucapkan kerukunan beragama tapi dalam sehari hari selalu mencemooh agama lain, menganggap agama lain adalah lebih jelek, maka itu kerukunan beragama memang akan lenyap dalam bumi, atau menguap diudara yang penuh asap kemurkaan.



Aku rindu akan kerukunan beragama di bumi Pertiwi, semoga aku telah menanam  kerukunan beragama dalam hati anak - anaku, dan aku boleh menuainya esok hari dan mereka menyemainya dalam bumi Pertiwi di buminya Allah ..

Salam damai,

1 komentar:

Posting Komentar

Komentarmu, bukti bahwa kita saling membutuhkan

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More